Tuesday, March 28, 2017

Rona Kondisi Eksisting (Demografi, Ekonomi, Sosial-budaya, dan Sarana-Prasarana)

A. Demografi
Luas wilayah Kota Jayapura yaitu 940 km2 dengan kepadatan penduduk sebesar 302 orang/km2. Jumlah penduduk Kota Jayapura tahun 2015 tercatat sebanyak 283.490 orang atau bertambah 2,83 % dari tahun sebelumnya. Jumlah Penduduk laki-laki sebesar 148.450 jiwa dan Jumlah Penduduk perempuan sebesar 135.040 jiwa. Rasio Jenis Kelamin 110, artinya jumlah penduduk laki-laki 10 % lebih banyak daripada perempuan

Sumber: Jayapura Dalam Angka 2016 yang Telah Diolah, 2017
Berdasarkan grafik tersebut, Kota Jayapura termasuk kategori Piramida Penduduk Muda, artinya di kota tersebut terdapat angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang rendah yang menyebabkan penduduk yang berumur muda banyak. Dominasi penduduk terbanyak pada usia 20-24 tahun baik lali-laki maupun perempuan.

B. Ekonomi 
Berdasarkan Jayapura Dalam Kota 2016, Kota Jayapura pada tahun 2015 mengalami inflasi sebesar 2,79%. Sedangkan realisasi penerimaan kas Kota Jayapura meningkat dari 891,6 miliar rupiah (tahun 2014) menjadi 1,2 triliun rupiah.
Kemudian pengeluaran perkapita penduduk Kota Jayapura dalam sebulan untuk konsumsi makanan mencapai 42,2% dari total pengeluaran sebulan. Nilai Ratio Gini Kota Jayapura pada tahun 2015 sebesar 0,35, artinya distribusi pendapatan penduduk dengan tingkat ketidakmerataan sedang.
Berdasarkan Data Susenas tahun 2015, Kota Jayapura dengan garis kemiskinan sebesar 763.326 rupiah/kapita/bulan mempunyai tingkat kemiskinan sebesar 12,22 % dengan jumlah penduduk miskin mencapai 34,34 ribu jiwa

C. Sosial Budaya
Sumber: Jayapura Dalam Angka 2016 yang Telah Diolah, 2017
Berdasarkan grafik tersebut, mayoritas penganut agama di Kota Jayapura adalah Protestan dengan jumlah pemeluknya 283.493 jiwa atau 45,25% dari total penduduk Kota Jayapura. Sementara pemeluk agama Islam dan Katolik sebesar 40,56% dan 13,48%. Pemeluk agama lainnya yaitu agama Hindu dan Budha.


Penduduk asli Papua memiliki ciri-ciri fisik berkulit hitam, berbulu, dan berambut keriting. Masyarakat asli pada dasarnya termasuk ke dalam rumpun suku bangsa Melanesia, dengan ciri-ciri berkulit hitam dan berambut keriting, tinggi badan pria sekitar 165-175 cm dan wanita 155-165 cm. Selain itu, makanan lokal penduduk adalah sagu. Dulu tersedia cukup melimpah dibeberapa hutan sagu berawa, namun saat ini sebagian besar hutan sagu telah dijadikan kawasan permukiman, seperti di Kotaraja dan Entrop. Menangkap ikan di laut dan kerang juga merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan oleh penduduk. Mencari ikan di laut biasanya dilakukan oleh kaum pria, dan wanita mengumpulkan kerang di laut dan hutan bakau.

4. sarana-prasarana
Sarana pendidikan yang tersebar di Kota Jayapura terdiri dari TK, SD, SLTP, SLTA, SMK, Marasah Diniyah, Pondok Pesantren, Lembaga Pendidikan Kristen, dan Lembaga Pendidikan Katolik. Berikut merupakan jumlah tempat peribadatan yang tersebar di Kota Jayapura pada tahun 2015:
   TK    : 66 unit  
   SD    : 103 unit
   SLTP : 48 unit (untuk Umat Katolik)
   SLTA : 30 unit
   SMK  : 12 unit
   Madrasah Diniyah : 5 unit 
   Pondok Pesantren : 5 unit 
   Lembaga Pendidikan Kristen : 138 unit
   Lembaga Pendidikan Katolik  : 15 unit

Sarana kesehatan yang tersebar di Kota Jayapura terdiri dari:
   Rumah sakit : 7 unit
   Puskesmas   : 34 unit (termasuk puskesmas pembantu)
   Posyandu     : 180 unit
   Apotek         : 89 unit
   Pedagang besar farmasi : 10 unit
   Toko Obat    : 32 unit

Sarana peribadatan yang tersebar di Kota Jayapura terdiri dari Gereja untuk Umat Protestan, Gereja untuk Umat Katolik, Masjid, Pura, dan Wihara. Berikut merupakan jumlah tempat peribadatan yang tersebar di Kota Jayapura pada tahun 2015:
   Gereja : 301 unit (untuk Umat Protestan) 
   Masjid : 193 unit
   Gereja : 65 unit (untuk Umat Katolik)
   Pura    : 5 unit
   Vihara : 6 unit

Panti asuhan yang tersebar di Kota Jayakarta seperti pada tabel dibawah ini kecuali pada distrik Jayapura Utara.
Sumber: Jayapura Dalam Angka 2016 yang Telah Diolah, 2017
Ruang terbuka di Kota Jayapura terdiri dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang terbuka Non Hijau (RTN)

Ruang terbuka hijau di Kota Jayapura berupa RTH binaan, seperti pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olahraga, pemakaman, dan jalur-jalur hijau jalan. RTH binaan di Distrik Jayapura Utara terdiri dari :
1. RTH pekarangan (pekarangan rumah tinggal; halaman perkantoran, pertokoan, tempat usaha, sekolah)
2. RTH taman (Taman Imbi, Taman Perdamaian di Porasko)
3. RTH jalur hijau jalan (pulau jalan di Jalan Koti, median Jalan Sam Ratulangi, taman di sekitar Lingkaran KB)
4. RTH sempadan pantai Dok II dan sempadan Pantai Base-G, pemakaman Kayobatu.
Pemeliharaan RTH taman dan jalur hijau jalan dilakukan oleh instansi pemerintah Kota bersama swasta.

Sedangkan untuk Ruang Terbuka Non Hijau di Kota Jayapura terdiri dari plasa, parkir, lapangan olahraga, tempat bermain.

Sistem Jaringan Energi dan Listrik di Kota Jayapura berasal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Yarmockh di Kelurahan Numbai Distrik Jayapura Selatan dan PLTD Waena di Kelurahan Yabansai Distrik Heram. Daya terpasang adalah 77.515 KW, Daya Mampu 59.500 KW, dan cadangan daya 1.887 KW.

Rencana penambahan kapasitas daya listrik dilakukan melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Holtekamp dengan daya terpasang 20 MW dan PLTA Genyem dengan daya terpasang 20 MW.

Jaringan telekomunikasi di Kota Jayapura telah terlayani oleh PT. Telkom maupun operator seluler berupa Indosat, Telkomsel, XL. Jangkauan dari masing-masing operator seluler dapat dinikmati di seluruh Kota Jayapura. Sifatnya yang mobile dan harga yang terjangkau sudah dapat dimiliki, sehingga telepon umum dan telekomunikasi (wartel, dan sebagainya) sudah banyak yang tidak dapat difungsikan lagi.

Sistem persampahan di Kota Jayapura dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pemakaman (DKP) Kota Jayapura. Titik-titik pelayanan sampah melalui pembangunan Tempat Pembuangan Sampah Sementara yang kemudian diangkut oleh truk ke TPA Nafri. Timbunan berasal dari sampah domestik (rumah tangga) dan bukan domestik (pasar dan industri kecil, hotel, kantor, pertokoan, dan lain-lain). Pola pengumpulan sampah pada umumnya dengan pola komunal dan individual.

Distrik Muara Tami masih merupakan daerah yang memiliki lahan kosong yang luas, sehingga pembuangan sampah di wilayah ini masih bersifat komunal atau dibuang di pekarangan dan dibakar.

Sistem pemilahan sampah belum sepenuhnya berhasil diterapkan di Distrik Kota Jayapura. Demikian halnya yang terjadi dengan tempat sampah terpilah masih belum optimal untuk dilaksanakan di Kota Jayapura. Pemilahan sampah ini sebenarnya sudah mulai diajarkan di sekolah-sekolah, namun belum didukung sepenuhnya oleh sarana dan prasarana serta belum menjadi budaya/kebiasaan masyarakat

Pengelolaan air minum di Kota Jayapura dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan swasta. Tersedianya air yang cukup dan didukung kualitas sangat penting untuk menunjang peningkatan taraf kesehatan masyarakat Kota Jayapura.

Masyarakat yang tidak mendapat pelayanan air bersih dari PDAM memanfaatkan air tanah dan/atau membeli air bersih yang kemudian ditampung dalam bak-bak penampungan air bersih disetiap rumah, hutan sagu, seperti yang dimanfaatkan masyarakat di perkampungan Kayo Batu, penampungan air hujan, perlindungan mata air, kran umum, sumur gali, dan sumur pompa tangan.


Sistem pembuangan limbah domestik di Kota Jayapura masih menggunakan saluran drainase yang kemudian terhubung ke badan-badan air. Beberapa lokasi, seperti sepanjang Kali Anafree, Kali APO, Kali Acai, Kali Yapis, Kali Dok IX, penduduk juga membuang black water secara langsung ke sungai.

Tidak berfungsinya sistem Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) di pusat Kota Jayapura memaksa sebagian penghuni kawasan tersebut membuang langsung black water dan grey water ke saluran Sungai Anafree

Sistem drainase di Kota Jayapura menggunakan sistem campuran, yaitu saluran air limbah dan saluran air hujan yang kemudian dijadikan satu. Hal ini disebabkan terbatasnya lahan di tengah-tengah kota untuk keperluan pembuatan saluran drainase.

Saluran drainase terdiri dari saluran primer, saluran sekunder, dan saluran tersier. Saluran ini berupa saluran terbuka dan tertutup yang umumnya terbuat dari pasangan batu yang diberi plesteran, pasangan batu, beton, dan tanah asli.

Tingkat pelayanan sektor drainase saat ini di Kota Jayapura belum optimal, dengan kondisi drainase buruk sampai baik. Daerah pelayanan sektor drainase yang buruk umumnya terjadi setelah turun hujan pada daerah yang relatif rendah dan merupakan pengaliran/daerah aliran yang menuju pembuangan akhir ke sungai/laut. Pada saat musim hujan antara 1 jam sampai dengan 3 jam, air hujan tersebut menimbulkan genangan/luapan dasar saluran kepermukaan jalan bahkan ke daerah pemukiman dan tersebar hampir di semua kelurahan.

0 comments:

Post a Comment